7-30 Juli 2022
14 Januari 1987
Park Jong-cheol, mahasiswa Seoul National University meninggal pada saat menjalani pemeriksaan setelah ditangkap oleh Kantor Interogasi Anti-Komunis Namyeongdong, markas besar polisi di Seoul
20 Januari ~ 3 Maret 1987
Memprotes penyiksaan dan pembunuhan tidak terencana yang menimpa Park Jong-cheol, aksi turun ke jalan pun dilaksanakan di 18 kota meskipun mereka harus melawan blokade atau pengepungan dari aparat kepolisian
13 April 1987
Presiden Chun Doo-hwan, dalam pidato luar biasa, mengumumkan pernyataan‘penundaan pembahasaan amandemen Undang-Undang Dasar’, ‘pengalihan pemerintahan berdasarkan UUD yang berlaku (sistem pilpres tidak langsung)’, dan ‘pelaksanaan pilpres dalam tahun berjalan’(Ketahanan Konstitusi, 13 April 1987)
19 April 1987 Gerakan Penghapusan Ketahanan Konstitusi 13 April
Ketika sejumlah langkah Ketahanan Konstitusi 13 April diumumkan oleh Presiden Chun Doo-hwan, maka partai oposisi, kalangan non-politisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan mahasiswa berbondong-bondong menentang dan mengeluarkan pernyataan kritik. Bahkan, di lingkungan akademisi juga terus-menurus diadakan aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang mengutuk Pernyataan Ketahanan Konstitusi 13 April.
20 Mei 1987
Catholic Priests' Association for Justice(Asosiasi Imam Katolik untuk Keadilan) mengungkap kebenaran kasus Park Jong-cheol di Katedral Myeongdong, Seoul
27 Mei 1987 : Peresmian Mabes Gerakan Nasional untuk Konstitusi Demokratis
Sebanyak 2.191 penggagas ‘Mabes Gerakan Nasional untuk Konsitusi Demokratis yang terdiri atas perwakilan Partai Demokrat, kalangan tokoh agama, dan organisasi sipil, mengadakan acara peresmian mabes tersebut dan mendeklarasikan perjuangan penghapusan Ketahanan Konstitusi 13 April dan sistem pilpres langsung
9 Juni 1987 : Pasukan Darurat Militer masuk kembali ke Gwangju
Lee Han-yeol, mahasiswa Yonsei University, ditembak gas air mata saat sedang melakukan unjuk rasa di depan kampus
10 Juni ~ 15 Juni 1987 : Unjuk Rasa di Katedral Myeongdong
Sejumlah pengunjuk rasa melarikan diri dari aparat kepolisian dan memasuki Katedral Myeongdong. Seiring waktu berjalan, jumlah pengunjuk rasa di Katedral Myeongdong meningkat menjadi sekitar 800 orang, dan terjadilah protes di Katedral Myeongdong secara tiba-tiba tanpa rencana dan persiapan.
Pada 15 Juni 1987, para pengunjuk rasa memutuskan untuk membubarkan diri melalui dua putaran pemungutan suara. Mereka membagikan selebaran bertuliskan “Perjuangan Myeongdong dan Warga Demokrasi, Segenap Mahasiswa” dan mengakhiri perlawanan tersebut dikelilingi oleh 20.000 warga sipil.
18 Juni 1987 : Pencanangan Resolusi Penghentian Penggunaan Gas Air Mata
Warga dan mahasiswa mengutuk penyalahgunaan gas air mata oleh aparat kepolisian selama berlangsungnya Perjuangan Demokrasi 10 Juni dan menyerukan agar tidak ada lagi korban.
Sulit dibayangkan betapa dahsyatnya kerusakan dari gas air mata. Akhirnya, pada 11 Juni 1987, terbentuklah“Komite Pencanganan Korban Gas Air Mata.”Pencanangan Resolusi Penghentian Penggunaan Gas Air Mata dilakukan di 247 titik di 16 kota.
20 Juni ~ 26 Juni 1987
Mahasiswa dan kalangan tokoh lintas agama mengadakan pertemuan untuk menyelamatkan negara. Pawai Damai Nasional untuk memiliki Kostitusi Demokratis pun dilangsungkan.
29 Juni 1987 : Deklarasi 29 Juni
Roh Tae-woo, selaku perwakilan partai berkuasa (Minjeongdang, ‘Partai Demokrat dan Keadilan’), menyatakan Deklarasi Luar Biasa pada 29 Juni 1987 (Deklarasi 29 Juni) untuk melakukan pemulihan situasi negara dengan mengajukan 8 tuntutan termasuk ‘Amandemen Konstitusi agar dapat mengadakan pilpres langsung’dan ‘amnesti dan rehabilitasi Kim Dae-jung.’
9 Juli 1987
Pemakaman untuk Almarhum Lee Han-yeol. Lebih dari 1 juta warga dan mahasiswa berkumpul di depan balai kota Seoul untuk melakukan unjuk rasa di bilangan Gwanghwamun.
27 Oktober 1987
RUU Konstitusi baru tentang sistem presidensial melalui pemilihan langsung, ditetapkan melalui referendum dengan suara setuju 93,1%.
16 Desember 1987 : Pemilihan Presiden ke-1310 Juni 2007
Perjuangan Demokrasi 10 Juni ditetapkan sebagai Hari Peringatan Nasional
26 Desember 2018
Mengambil keputusan untuk mengalihfungsikan ‘Kantor Interogasi Anti-Komunis Namyeongdong’ menjadi ‘Democracy and Human Rights Memorial Hall.
Sumber : Korea Democracy Foundation
Salam sejahtera bagi kita semua,
Kami merasa gembira karena ‘Pameran Foto Peringatan 35 Tahun Perjuangan Demokrasi 10 Juni’dapat diadakan untuk memperkenalkan sejarah melalui foto dan video yang mencatat penuh jerih perjalanan rakyat Korea Selatan dalam memperjuangkan demokrasi pada Juni 1987.
Kemenangan pada Perjuangan Demokrasi 10 Juni mengantarkan rakyat Korea ke sistem pemilihan presiden langsung. Perjuangan Demokrasi 10 Juni merupakan peristiwa bersejarah yang membuat rakyat Korea meyakini bahwa semangat persatuan rakyat dapat mengubah dunia.
Kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada seluruh elemen bangsa yang telah bergandengan tangan erat dalam memperjuangkan demokrasi 34 tahun yang lalu.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengadakan pameran ini untuk mengajak generasi masa depan Korea dan Indonesia agar dapat belajar dan kembali menyadari betapa penting dan berharganya nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia itu sendiri.
Kami berharap bahwa pameran foto dan video ini dapat menjadi kesempatan berarti bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui bagaimana rakyat Korea dapat menjadi ‘tuan rumah’ di negeri sendiri melalui perjalanan demokratisasi di Korea.
Semoga masyarakat Indonesia di mana pun dapat merasakan adanya nilai-nilai kemanusiaan yang universal seperti kebebasan dan hak asasi manusia, serta menemukan kesamaan pada perjalanan demokratisasi di kedua negara.
Terima kasih.
7 Juni 2022
KIM YONG-WOON
Director of Korean Cultural Center Indonesia